WELCOME TO MY BLOG

Sabtu, 31 Desember 2011

PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK


CARA MENGOLAH SAMPAH ORGANIK

Sampah merupakan suatu bahan yang dibuang atau terbuang sebagai hasil dari aktivitas manusia maupun hasil aktivitas alam yang tidak atau belum memiliki nilai ekonomis.  Sampah yang dihasilkan bermacam-macam bentuk dan jenisnya. Secara garis besar sampah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:  Sampah kering atau sampah anorganik,  Sampah basah atau sambah organik, dan Sampah berbahaya.
Sub topik yang akan saya bahas adalah mengenai sampah organik, Sampah Organik adalah merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar.  Sampah organik bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos). Sampah organik sendiri terbagi menjadi 2, yaitu:  Sampah organik basah, yaitu sampah mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran. Dan Sampah organik kering, yaitu bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering di antaranya kertas, kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering.
Belakangan banyak sampah organik yang dihasilkan terutama di pasar-pasar, seperti pasar buah, pasar sayur-mayur, dan pasar ikan. Tetapi sampah sampah tersebut tidak dimamfaatkan bahkan dibuang begitu saja. Padahal jika tidak di kelola dengan benar sampah organik juga membahayakan kesehatan dan lingkungan.
Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:  Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).  Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
Sedangkan potensi bahaya lingkungan dari sampah organik berupa  rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis.
            Untuk mengatasi  potensi bahaya tersebut  maka perlu pengolahan secara benar, yaitu dengan mengolah sampah organik tersebut menjadi pupuk kompos. Sebagai mahasiswa kita bisa melakukanya dengan skala rumah tangga, langkah- langkahnya adalah sebagai berikut:
Sediakan ember, pot, kaleng bekas, ataupun wadah lainnya.
Lubangi bagian dasar dan letakkan di wadah yang dapat menampung rembesan air dari dalamnya.
Masukkan sampah organik ke dalam wadah (drum) setiap hari.
Taburi dengan sedikit tanah, serbuk gergaji, atau kapur secara berkala.
Bila terdapat kotoran binatang bisa ditambahkan untuk meningkatkan kualitas kompos.
Setelah penuh, tutup drum dengan tanah dan diamkan selama dua bulan.
Wadah siap dijadikan pot dengan kompos di dalamnya sebagai media tanam.
            Dengan pengolahan tersebut setidaknya kita dapat mengurangi pencemaran lingkungan yang dapat menggangu kesehatan dan yang dapat mengancam kehidupan mahluk hidup di laut yang di akibatkan oleh sampah organik. Selain itu jika kita melakukan dengan skala besar kita akan mendapat keuntungan dengan menjual hasil pengomposan tersebut yang berupa pupuk kompos.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar